MAKALAH SISTEM
PENCERNAAN
HEMATEMESIS MELENA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
1.
MARDIYANA
2.
LISA PUSPITA SARI
3.
M. KHAERUL FAHMI
4.
MARZUKI
5.
LALU AHMAD GURUH FEBRIAN
6.
SUMI ARSA HERDENI
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA
BARAT’
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S1
2012
BAB I
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Hematemesis melena adalah
suatu kondisi di mana pasien
mengalami muntah darah yang disertai
dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan
suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan
gawat darurat yang sering dijumpai
di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi
karena pecahnya varises
esofagus, gastritis erosif
atau ulkus peptikum.
2.2
Etiologi
Dari penelitian Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM di dapatkan penyebab
perdarahan saluran cerna baian atas terbanyak adalah
pecahnya varises esophagus.
Penyebab varises esofagus
merupakan yang terbanyak
di Indonesia , disebabkan oleh penyakit sirosis
hati. Secara teoritis
lengkap terjadinya penyakit
atau kelainan saluran
cerna bagian atas disebabkan oleh ketidak seimbangan
faktor agresif dan faktor defensif,
dimana faktor agresif
meningkat atau factor
defensifnya menurun. Yang dimaksud dengan
faktor agresif antara
lain asam lambung,
pepsin, refluks asam empedu, nikotin,
obat anti inflamasi
non steroid (OAINS),
obat kortikosteroid, infeksi
Helicobacter pylori dan faktor radikal
bebas. Yang dimaksud
dengan faktor defensif
yaitu aliran darah mukosa yang baik, sel epitel permukaan
mukosa yang utuh, prostaglandin, mukus yang cukup tebal, sekresi
bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas mukosa
terhadap ion H dan regulasi
pH intra sel.
2.3
Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis,
kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai
akibatnya terbentuk saluran
kolateral dalam submukosa
esopagus dan rektum
serta pada dinding
abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar.
Dengan meningkatnya teklanan
dalam vena ini, maka vena tsb menjadi
mengembang dan membesar
(dilatasi) oleh darah (disebut varises).
Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif.
Selanjutnya dapat mengakibatkan
kehilangan darah tiba-tiba,
penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi
berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap
penurunan curah jantung,
tubuh melakukan mekanisme
kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme
ini merangsang tanda-tanda
dan gejala-gejala utama yang terlihat
pada saat pengkajian
awal. Jika volume
darah tidak digantikan
, penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi
seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan
aliran darah akan memberikan efek pada seluruh
sistem tubuh, dan tanpa suplai
oksigen yang mencukupi
sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
2.4
Pemeriksaan Fisik:
·
Keadaan umum
·
Kesadaran
·
Nadi, tekanan darah
·
Tanda-tanda anemia
·
Gejala hipovolemia
·
Tanda-tanda hipertensi portal
dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema
palmaris, capit medusae,
adanya kolateral, asites,
hepatosplenomegali dan edema tungkai.
·
Laboratorium:
o Hitung darah lengkap: penurunan
Hb, Ht, peningkatan
leukosit
o Elektrolit: penurunan
kalium serum; peningkatan
natrium, glukosa serum dan laktat.
o Profil hematologi:
perpanjangan masa protrombin,
tromboplastin
o Gas darah arteri: alkalosis
respiratori, hipoksemia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
HEMATEMESIS MELENA
3.1 Pengkajian
3.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan
b.d kehilangan gaster
berlebihan, diare dan
penurunan masukan
2.
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
masukan, pembatasan diet dan peningkatan
laju.
3.
Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan
aliran intravena
4.
Kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b.d kurang / salah interpretasi
informasi tentang penyakit.
5.
Ansietas berhubungan dengan
sakit kritis, ketakutan
akan kematian ataupun
kerusakan bentuk tubuh,
perubahan peran dalam lingkup sosial
atau ketidakmampuan yang permanen.
3.3
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Kekurangan volume cairan
b.d kehilangan gaster
berlebihan, diare dan
penurunan masukan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji TTV,
catat perubahan TD (Postural), takikardia,
demam. Kaji turgor
kulit, pengisian kapiler
dan kelembaban membran
mukosa.
Awasi pemasukan
dan haluaran , catat/ ukur
diare dan kehilangan
dari pengisapan NG.
Evaluasi kekuatan/
tonus otot. Observasi
tremor otot.
Penuhi kebutuhan
individu/ ganti jadwal
Dorong masukan
melalui oral bila
mampu
Kolaborasi
Berikan cairan
tambahan IV sesuai
indikasi
Awasi elektrolit
dan gantikan sesuai
indikasi.
|
Indikator dehidrasi
/ hipovolemia, keadekuatan
penggantian cairan.
Perubahan pada
kapasitas gaster/ motilitas
usus dan mual
sangat mempengaruhi masukan
dan kebutuhan cairan,
peningkatan resiko dehidrasi.
Kehilangan gaster
besar dapat mengakibatkan penurunan
magnesium dan kalsium,
mengakibatkan kelemahan/ tetani
neuromuskular.
Penentuan denga
jumlah ukuran yang
hilang/ perkiraan kehilangan
yang tak tampak
dan tergantung pada
kapasitas lambung.
Memungkinkan penghentian
tindakan dukungan cairan
invasif dan mempengaruhi kembalinya
fungsi usus normal.
Menggantikan kehilangan
cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan dalam
fase segera/ mampu
memenuhi cairan per oral.
Penggunaan selang
Ng atau muntah
dapat menurunkan elektrolit,
mempengaruhi fungsi organ.
|
· Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d penurunan
masukan, pembatasan diet dan peningkatan
laju
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Catat status
nutrisi pasien, catat
turgor kulit , berat badan
dan derajat kekurangan
berata badan, integritas
kulit, adanya tonus
usus, riwayat mual/
muntah atau diare.
Pastikan pola
diet biasa pasien,
yang disukai/ tidak
disukai.
Awasi masukan/
pengeluaran dan berat
badan secara periodik.
Selidiki anoreksia,
mual, muntah dan catat kemungkinan
hubungan dengan obat.
Awasi frekuensi, volume,
konsistensi feses.
Dorong makan
dengan sering dengan
porsi sedikit.
Berika perawatan
mulut sesudah maupun
sebelum tindakan.
Dorong orang
terdekat untuk memberikan
makanan.
Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Konsul dengan
terapi pernafasan untuk
jadwal pengobatan 1- 2 jam sebelum/ sesudah
makan.
Awasi pemeriksaan
laboratorium contohnya: BUN,
protein, serum, dan albumin.
Berikan terapi
yang tepat.
|
Berguna untuk
mendefinisikan derajat/ luasnya
masalah dan pilihan
intervensi yang tepat.
Membantu dalam
mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan
khusus. Pertimbangkan keinginan
individu untuk memperbaiki
makanan.
Berguna dalam
menukur keefektifan nutrisi
dan dukungan cairan.
Dapat mempengaruhi pilihan
diet dan mengidentifikasi area
pemecahan masalah untuk
meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrien.
Membantu menghemat
energi khususnya bila
kebutuhan metabolik meningkat
saat demam.
Menurunkan rasa
tak enak karena
sisa muntah atau
obat untuk pengobatan
respirasi yang merangsang
pusat muntah.
Membuat lingkungan
sosial lebih normal
selama makan dan membantu memenuhi
kebutuhan personal dan kultural.
Memberikan bantuan
dalam perencanaan diet
dengan nutrisi adekuat
untuk kebutuhan metabolik
pasien.
Dapat membantu
menurunkan insiden mual/
muntah sehubungan dengan
obat atau efek
pengobatan pernafasan pada
perut yang penuh.
Nilai rendah
menunjukkan malnutrisi dan menunjukkann kebutuhan
intervensi/ perubahan program
terapi.
Demam meningkatkan kebutuhan
metabolik dan juga
komsumsi kalori.
|
· Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan
dengan aliran intravena
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Tekankan tehnik
cuci tangan dengan
tepat
Pertahankan tehnik
aseptik pada penggantian
balutan, prosedur invasif.
Lihat insisi
bedah/ sisi infasif
untuk eritema, drainase
purulen.
Dorong perubahan
posisi sering: nafas
dalam, batuk, penggunaan
alat pernafasan seperti
spirometer insentif.
Berikan perawatan
kateter rutin/ dorong
perawatan perineal.
Observasi untuk
melaporkan nyeri tak normal, peningkatan
suhu, peningkatan jumlah
sel darah putih.
Kolaborasi
Berikan antimikrobial tropikal/
antibiotik sesuai indikasi.
Barikan antibiotik
IV sesuai indikasi
|
Mencegah penyebaran
bakteri, kontaminasi silang.
Menurunkan resiko
infeksi nosokomial.
Deteksi dini
terjadinya infeksi memberikan
pencegahan komplikasi lebih
serius.
Meningkatkan mobilisasi
sekret, menurunkan resiko
pneumonia.
Mencegah naiknya
infeksi kandung kemih.
Di duga
kemungkinan terjadi peritonitis.
Menurunkan kolonisasi
bakteri atau jamur
pada kulit, mencegah
infeksi luka.
Program antibiotik
profilaksis biasanya standar
pada pasien ini untuk menurunkan
resiko kontaminasi perioperasi
/ peritonitis.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi,
8. Jilid 2.
Jakarta: EGC
Doengoes. E. Mariylynn.
(2000). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hematemesis, (http://megapharma.multiply.com/reviews/item/2), diperoleh
pada tanggal 5 oktober 2008 .
Hudak dan Galo. (1996).
Keperawatan kritis: Pendekatan
holistik. (Vol. II, edisi 6). Jakarta: EGC.
Mansjoer. A. (2000). Kapita
selekta kedokteran. Jakarta
: Media aesculapius.